Gampong Tangan-Tangan Cut pada awalnya memiliki 4 (empat) dusun, akan tetapi pada tahun 2008, salah satu dusun di memekarkan menjadi sebuah gampong yaitu Gampong Persiapan Cinta Makmur. Gampong Tangan-Tangan Cut sudah ada sebelum zaman penjajahan Belanda dan sudah didiami oleh beberapa penduduk dengan jumlah yang sangat terbatas yang tinggal di pinggiran laut, pada saat itu daerah ini disebut dengan nama Padang Kuta Kuyun. Pemberian nama Gampong Tangan-Tangan Cut bermula pada saat pemerintahan seorang raja yang bertempat tinggal di Tanjung Bunga Kecamatan Tangan-Tangan. Alkisah menurut cerita orang-orang dahulu, raja tersebut mempunyai istri yang pertama di Tangan-Tangan. Setelah bertahun-tahun hidup rukun bersama istrinya pertamanya, raja tersebut kemudian mempersunting seorang perempuan gampong menjadi istri keduanya, karena sudah mempunyai dua orang istri, maka timbulah keinginan raja untuk memberi gelar kedua istrinya, dengan gelar Tangan Rayeuk untuk istri pertamanya dan Tangan Cut untuk istri keduanya sehingga gelar tersebut menjadi nama tempat bagi tempat tinggal mereka. Dalam kesehariannya apabila raja tidak ada di daerah Tangan Rayeuk maka beliau sudah pasti berada di Tangan Cut begitu juga sebaliknya. Hubungan rakyat yang tinggal di Tangan Rayeuk dan Tangan Cut telah terbina dengan baik dengan adanya ikatan antara kedua istri tersebut, gelar itu pun turun temurun terus disebut oleh rakyat yang hidup pada masa itu, namun seiring dengan berlalunya waktu, nama Tangan Rayeuk berubah menjadi Tangan-Tangan, yang sekarang menjadi pusat Kecamatan Tangan-Tangan. Berdasarkan hasil mufakat dari pemuka adat serta tokoh masyarakat nama Tangan Cut di ganti menjadi Tangan-tangan Cut, yang sampai sekarang diabadikan menjadi nama tempat yaitu Gampong Tangan-Tangan Cut.
Sistem pemerintahan Gampong Tangan-Tangan Cut sudah dibangun sejak zaman dahulu, dimana fungsi pemerintahan masih sangat kental dengan budaya lokal, yaitu pemerintahan yang mengedepankan nilai-nilai islami sebagai prinsip pembangunan. Keberadaan meunasah merupakan sebuah simbol sekaligus kekuatan untuk membicarakan setiap persoalan masyarakat, mulai dari masalah pertanian, ekonomi, pendidikan sampai masalah pelayanan kepada masyarakat, dari sini pemerintah membicarakan strategi pembangunan. Meunasah ini pula sebagai tempat awal perkembangan sistem Pemerintahan Gampong Tangan-Tangan Cut di pimpin oleh seorang ulee gampong/keuchik yang dibantu oleh perangkat adat dan perangkat hukum lainnya.
Imum Meunasah sebagai pemimpin meunasah juga sangat berperan dalam pemerintah gampong, meunasah yang disampaikan diatas bukan hanya sebagai tempat mengatur strategi tapi juga bagian dari sistem pemerintahan. Imum Meunasah mengorganisir kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di gampong.
Seiring bertambahnya waktu Pemerintahan Gampong Tangan-Tangan Cut semua yang berpusat di meunasah berpindah kedalam bentuk pengelolaan kantor, akan tetapi dikarenakan belum adanya bangunan kantor kepunyaan gampong, sehingga pemerintah gampong menyewa bangunan-bangunan lain yang bisa di jadikan sebagai sarana kantor keuchik.
Pada tahun 2006 pada masa Keuchik Abdullah. R dibangunnya gedung serbaguna gampong, sehingga pelaksanaan kegiatan gampong sudah mulai di lakukan di gedung serbaguna tersebut, walaupun belum bisa semua kegiatan gampong di lakukan di gedung serbaguna tersebut. Sehingga pada tahun 2016 pada masa Keuchik Ikhsan di bangunlah kantor Keuchik yang berada di Dusun Mesjid, sehingga dengan adanya bangunan tersebut maka semua kegiatan pelaksanaan pemerintahan gampong berpindah ke kantor keuchik tersebut.